A. Ular Berbisa Tinggi
Jenis ular berbisa sebenarnya tidak terlalu banyak dibandingkan dengan ular yang tidak berbisa. Ular berbisa biasanya tidak terlalu agresif karena mereka mengandalkan bisanya untuk melindungi diri dari musuh. Sebenarnya bisa ular lebih berfungsi untuk berburu mangsa saja.
1. Ular Weling (Bungarus Candidus)
Ciri-ciri fisik: Kepala oval, panjang tubuh dewasa sekitar 80 – 160 cm, warna kulitnya loreng hitam putih cerah dengan ukuran yang tidak seragam melingkar membentuk cincin, badan berpenampang bulat, bagian bawah putih polos, kelihatan mencolok di malam hari.
Habitat: Sawah, perkebunan, dekat pemukiman penduduk, perbukitan dataran rendah sampai pada ketinggian 1600 m dpl.
Makanan: Kadal, katak, tikus atau mamalia kecil lainnya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJEdyFiDTBPFKiCl7rGfjKNbVnTKRT6_2LvsddXLP8q8mkKG1E82JppxYTR9c3As6G6OWuf87XiKWQ_g03NftHZ00j4585hl8O2BNC3Ld9uz0FXjQqmCV1tkhelyCCfUn86aSIvj3ROQwa/s320/1.+Bungarus+Candidus.jpg)
Tipe gigi: Ophistoglypha.
Racun dominan: Neurotoxin (menyerang sistem syaraf)
Efek pada luka gigitan: hampir tidak ada.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek pada sistem syaraf: Menyebabkan kelumpuhan.
Efek klinis: Menyebabkan kematian, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 60 – 70%
2. Ular Welang (Bungarus Fasciatus)
Ciri-ciri fisik: Kepala oval, panjang tubuh dewasa sekitar 110 – 213 cm, warna kulitnya loreng hitam kuning cerah dengan ukuran yang seragam melingkar membentuk cincin, badan cenderung segitiga (tidak bulat), kelihatan mencolok di malam hari.
Habitat: Hutan, persawahan, perkebunan atau di sekitar permukiman penduduk.
Makanan: Kadal, katak, ular, tikus atau mamalia kecil lainnya.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari), tidak agresif di siang hari, cenderung menghindar jika diganggu atau menyembunyikan kepalanya di bawah badannya dengan melingkar, sensitif dengan cahaya dan akan berusaha mendekti.
Tipe gigi: Ophistoglypha.
Racun dominan: Neurotoxin (menyerang sistem syaraf)
Efek pada luka gigitan: hampir tidak ada.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek pada sistem syaraf: Menyebabkan kelumpuhan.
Efek klinis: Menyebabkan kematian, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 1 – 10%
3. Ular Luwuk (Trimeresurus Albolabris)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGoSJMdGU-i2EjGQZ9YEaxbztiqEp1M43gnyjZIcJuYKJJYzDQwNIgY8rA1wgut_zixp7z_v-E7A1-XYvR639_v86nI6Yws1peteK9RBj6EeemtZl-lEssDhIopVBt4GPpf9N5G4c505Ow/s1600/3.+Trimeresurus+Albolabris.jpg)
Habitat: Hutan bambu, semak-semak hijau, pepohonan hijau atau dekat sungai.
Makanan: Kadal, katak, tikus atau mamalia kecil lainnya.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada mamal hari) dan semi arboreal (siang hari menghabiskan waktu di dahan pohon dan malam hari di daratan), tidak melarikan diri bila di pegang atau diganggu bahkan akan langsung menggigit.
Tipe gigi: Solenoglypha (taring bisa dapat dilipat.
Racun dominan: Hemotoxin (menyerang sel darah)
Efek pada luka gigitan: Sakit, bengkak, memar, terasa panas.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek klinis: Berpotensi membahayakan, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 1 – 10%
4. Ular Bandotan Macan (Vipera Russelli)
Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 100 – 150 cm, badan coklat dengan corak gambar membentuk oval tak beraturan, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leherjantan lebih besar dari pada betina, kepalanya berbentuk segi tiga, mempunyai lubang sensor panas di antara mata dan lubang pernafasan.
Habitat: Semak-semak daun kering, ladang pertanian, persawahan, daerah bebatuan, atau padang rumput pd ketinggian sampai 2000 m dpl.
Makanan: Kadal, katak, tikus atau mamalia kecil lainnya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwIaBaR1ZvyQyS1UzHwLj_93BiTmFmE8c2kINu59YmZuo4I538r64jg7mf73NGTai1geCJIkELdIIo0Q-RDZsBmoj_JyUf1B4iTbe7rbp1t2xA4zYiaspASJVBt1-Lru1yKyD4lSj8bFYx/s1600/4.+Vipera+Russelli.jpg)
Tipe gigi: Solenoglypha (taring bisa dapat dilipat).
Racun dominan: Hemotoxin (menyerang sel darah)
Efek pada luka gigitan: Sakit, bengkak, memar, terasa panas.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek klinis: Berpotensi mematikan, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 10 – 20%
5. Ular Bandotan Jedor (Calloselasma Rhodostoma)
Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 50 – 110 cm, tubuh berwarna coklat dengan corak gambar seperti diamond, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leher, sisik kasar, kepalanya berbentuk segi tiga, mempunyai lubang sensor panas di antara mata dan lubang pernafasan.
Habitat: Semak-semak daun kering, ladang pertanian, persawahan, daerah bebatuan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS9TkDceUBROUEjoST_y_E7UVCdaKO02TXL9WSMTpyPq9DWYIULSSoGguND5EcsODxqie9mluqMrz3UdZzo8eX9hyszZNq2VUCVn5DBYilzt6f88nKkrR1iYt7c8xMPugaYvcjUny3_vry/s1600/5.+Calloselasma+rhodostoma.jpg)
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari) dan diurnal (jarang), cenderung aktif jika kelembaban meningkat, hampir tidak ada gerakan berarti untuk menghindari predator/manusia, tdk termasuk ular yang agresif namun siap menyerang jika di ganggu.
Tipe gigi: Solenoglypha (taring bisa dapat dilipat).
Racun dominan: Hemotoxin (menyerang sel darah)
Efek pada luka gigitan: Sakit, bengkak, memar, terasa panas.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek klinis: Berpotensi mematikan, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 1 – 10%
6. Ular King Kobra (Ophiophagus Hannah)
Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 200 – 559 cm, warna kulitnya hitam dengan cincin putih (tidah terlalu terang) di sepanjang tubuhnya.
Habitat: Hutan tropis, padang rumput terbuka, dataran rendah, sampai pada ketinggian 1800 m dpl.
Makanan: Utamanya ular dan kadal.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI0cfiQzA5E8cB9hXdNnUYcyCdPpnUf_9l_1hQJPABGGe2T9XHpgigzYkacoMVL8D39CiCU4M2GqZhgCpHss7mEMD295guRAcwdsDiAIoiG8n_2nDPhOpo0vptcVOHlorJRzpzlMnlAST-/s320/6.+Ophiophagus+Hannah.jpg)
Tipe gigi:
Racun dominan: Postsynaptic neurotoxins (menyerang sistem syaraf) yang dapat membunuh manusia dalam 3 menit.
Efek pada luka gigitan: sakit, bengkak, memar, cell mati (necrosis)
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek pada sistem syaraf: Menyebabkan kelumpuhan.
Efek klinis: Berpotensi mematikan, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 50 – 60%
7. Ular Kobra Hitam/Ular Sendok (Naja Sputatrix)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9Xz3Vfx4TYPoL9TStvg_LRaGR1SDklnh6ID2SyiIqLhzh0MGe60wBsBykvou11wBPztBVi-jROzN2CLSOSAXD0XQO_llSOPF2a3Ug2kFLqjNnskWV-O_1jcWy7A_YINncFU0tL_0IsXrE/s1600/7.+Naja+Sputatrix.jpg)
Habitat: Hutan, persawahan, perkebunan atau di sekitar permukiman penduduk, sungai.
Makanan: Kadal, katak, ular, tikus atau mamalia kecil lainnya.
Kebiasaan: Diurnal, terestrial, jika diganggu akan menyemprotkan bisa sebagai pertahanan.
Tipe gigi:
Racun dominan: Postsynaptic neurotoxins (menyerang sistem syaraf)
Efek pada luka gigitan: sakit, bengkak, memar, sel mati (necrosis)
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek pada sistem syaraf: Menyebabkan kelumpuhan.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa tinggi dan berpotensi membahayakan
8. Ular Pudak Bromo (Rhabdophis Subminiatus)
Habitat: Hutan, persawahan, perkebunan atau di sekitar permukiman penduduk, sungai.
Makanan: Katak, cicak, kadal.>
Kebiasaan: Terrestrial dan diurnal.
Tipe gigi: Ophistoglypha.
Racun dominan: Mixture of procoagulants.
Efek pada luka gigitan: Terasa sakit pada luka gigitan, memar, bengkak dan terjadi pendarahan.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek klinis: Berpotensi menyebabkan kematian.
B. Ular Berbisa Menengah
1. Ular Sowo Bajing (Boiga Drapiezii)
Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 130 – 220 cm, warna kulitnya coklat muda.
Habitat: Hutan bakau, dataran rendah / kaki bukit hutan tropis, sungai.
Makanan: Burung, telur mereka sendiri, kadal, kodok, dan ular.
Kebiasaan: Arboreal sebagian besar nocturnal, sering kali melingkar / bergelantungan pd cabang pohon, sesekali mencari makan di dasar hutan.
Tipe gigi: Ophiestoglypha
Racun dominan: Belum diketahui.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa panas pd luka.
Efek racun pada tubuh: Terasa seperti demam bagi yang anti bodinya kurang bagus.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa menengah.
2. Ular Cincin Emas/Taliwongso (Boiga Dendrophila)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPJGaXVWbfitWirPTDdQ_7q7-dEZNA5oWP-DPWqb7UqD6xISJQBMl8qqs6wEvRR33a1d58C9Fw74feidEZ17FTzsZQCMTFH2HjpxPEyM47JmVGxOPUKJl5_4hYzN7r1sRQ1Y-AP9xO4F3C/s320/2.+Boiga+Dendrophila.jpg)
Habitat: Hutan bakau, dataran rendah / kaki bukit hutan tropis, sungai.
Makanan: Burung, rodent, kadal, kodok, ikan, dan ular.
Kebiasaan: Arboreal sebagian besar nocturnal, sering kali melingkar / bergelantungan pd cabang pohon, sesekali mencari makan di dasar hutan, perenang handal, jika diganggu akan membuka mulutnya cukup lebar dan membentuk posisi siaga dan jika menggigit maka mangsanya akan di kunyah untuk mengalirkan bisanya, juga dpt membunuh mangsanya dgn cara membelit.
Tipe gigi: Ophiestoglypha
Racun dominan: Belum diketahui.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa panas pd luka.
Efek racun pada tubuh: Terasa seperti demam bagi yang anti bodinya kurang bagus.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa menengah.
3. Marble Cat Snake (Boiga Multimaculata)
Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 120 cm, warna kulitnya coklat muda dengan totol-totol coklat tua.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirHnIVKstWMfa9uylM0nwmxnzHvV5zNed-zOtT3Ul__6oQBCm5VAAbGpxEJLIS1ag0rYzIdHveqoNOTzw5f9MGF8WSEu2X0jj2FQOKtu-K5uCJxOoJucK9coKoCvD9RtTWShIlVEa-Av2e/s320/3.+Boiga+Multimaculata.jpg)
Makanan: Burung, telur mereka sendiri, kadal, kodok dan ular.
Kebiasaan: Arboreal sebagian besar nocturnal, sering kali melingkar / bergelantungan pd cabang pohon, sesekali mencari makan di dasar hutan, perenang handal, jika diganggu akan membuka mulutnya cukup lebar dan membentuk posisi siaga dan jika menggigit maka mangsanya akan di kunyah untuk mengalirkan bisanya, juga dpt membunuh mangsanya dgn cara membelit.
Tipe gigi: Ophiestoglypha
Racun dominan: Belum diketahui.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa panas pd luka.
Efek racun pada tubuh: Terasa seperti demam bagi yang anti bodinya kurang bagus.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa menengah.
4. Ular Kadut Air (Homalopsis Buccata)
Habitat: Sawah, sungai.
Makanan: Katak, ikan, reptile kecil lainnya.
Kebiasaan: Nokturnal (aktif pada malam hari).
Tipe gigi: Ophistoglypha, jika menggigit, giginya cenderung tertinggal
Racun dominan:
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa gatal pada luka.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa ringan.
5. Ular Gadung Pucuk/Ulo Jangan (Dryophis Prasinus)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUwZP-ibyiPe2HQzmz24HXWR6OpTNZby6kitdDfKVq_s1-gBOjmt_TDBWR-vC3uLKJGrO87lxYjUR-qN0EF4WpTeukNrc6k4d44AWIfpxJiEHUkBd_mh42MK6aF1BJj422p06lhT_Iskev/s320/5.+Dryophis+Prasinus.jpg)
Habitat: Dataran rendah, hutan tropis, sungai.
Makanan: Burung, kadal, katak dan reptil kecil lainnya.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), arboreal, dapat bergerak dengan cepat diantara semak atau cabang pohon dan juga sering di temukan pd dasar hutan (juvenile).
Tipe gigi: Ophiestoglypha.
Racun dominan:
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa panas pd luka.
Efek racun pada tubuh: Tidak ada efek yang berarti bagi manusia.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa ringan.
C. Ular Tidak Berbisa
Ular yang tidak berbisa umumnya bersifat sangat gesit apalagi jika bertemu dengan makluk yang lebih besar karena mereka merasa takut, makanya mereka sering melarikan diri saat bertemu kita untuk menyelamatkan diri.
1. Ular Tampar /Tali Picis (Dendrelaphis Pictus)
Habitat: Pepohonan, hutan tropis, sungai.
Makanan: Katak, tikus, belalang, cicak, jangkrik.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), dapat bergerak dengan cepat diantara semak atau cabang pohon dan juga sering di temukan pd dasar hutan (juvenile), muncul bintik putih di leher jika marah.
Tipe gigi: Aglypha
Racun: Hanya berbahaya bagi sesama ular.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.
Efek racun pada tubuh: Tidak ada efek bagi manusia.
2. Ular Lare Angon (Xenochrophis Vittatus)
Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 50 – 75 cm, dengan sepasang pita coklat yang membujur di punggungnya (geminatus = berpasangan), warna punggung selebihnya coklat muda, dengan garis hitam putus-putus di bagian bawah.
Habitat: Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon.
Makanan: Katak, tikus, burung.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), gerakannya gesit, akan lari jika bertemu predator/manusia.
Tipe gigi: Aglypha.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.
3. Ular Kayu/Priting (Ptyas Korros)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-l43LXIr0Or8yQv_S0r8JV3EYDDiySx_C3wEHX0i4V0xlApCBA-IwS7PxrAel3x2dUZJxEXkUJO55gyGBJADmjTStkYHBT1Taui-udIZZs8rRJzvVfFabjkwLU1mDI6UmNWWlEEgVZQEx/s320/3.+Ptyas+Korros.jpg)
Habitat: Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon.
Makanan: Katak, tikus, burung.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), gerakannya gesit, akan lari jika bertemu predator/manusia.
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.
4. Ular Jali (Ptyas Mucosus)
Habitat : Darat (semak-semak), persawahan/ladang
Aktivitas : Diurnal (siang hari)
Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung
Tipe gigi : Aglypa
Efek pada gigitan: tidak terlalu sakit
5. Ular Terawang (Elaphe Radiata)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOWzQaTDo8DPNF1bpf0GzrY6t10_KbOcURxTw5AqustTC6fqIF6lJ6jDjI5-ILiEI2ELPg6q54u5QgUsqmdHV_tzo8qB00_6DQa94ot-96kvL1tgG8x3l4mXUxZuPtaaxBqtZ8rLQ6ugbl/s320/5.+Elaphe+Radiata.gif)
Habitat: Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon.
Makanan: Katak, tikus, burung.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), gerakannya gesit, akan lari jika bertemu predator/manusia, pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang.
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.
6. Ular Kadut (Acrochordus Granulatus)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7uuPkUtAvq0ZfSS2LbJmHPKMSCJJZo1sTUIuTCUW1G210L5khY_cnej5Bu5UstuXVk4C159lSXxFZgpdYXgBlz1yOglFdnMvsBFw1FlWU9PbhCFqW51i70iEKI9UV7M1c_dDseKq5PIA9/s1600/6.+Acrochordus+Granulatus.jpg)
Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 120 cm, kulitnya kasar namun tipis, warnanya belang hitam putih atau abu2 putih yang berpola garis vertikal.
Habitat: Persawahan dan sungai.
Makanan: Katak, ikan.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari).
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit
7. Ular Air (Xenocrophis Piscator)
Habitat : ½ perarian, dekat kolam, sungai, sawah
Aktivitas : Diurnal (aktif pada siang hari)
Makanan : Katak dan ikan
Tipe gigi : Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_TpviIovT8ylmJMQwZMgKn0C5dc0mMjXzGJkXRXAatfRyNc06Amy1Yq9tf4o88GE3Kw9SW8ANh8jptmEusiffA7coGZB8GCQ3kjGx8nn1KC74d3H2_kxeImu1_FNE2DQbulcAMrbqcW7p/s320/8.+Xenopeltis+Unicolor.jpg)
Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 100 cm, Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau kehitaman jika tubuhnya terkena sinar matahari akan memantulkan warna pelangi, tubuh bagian ventral berwarna putih, kepalanya pipih, mata bulat besar.
Habitat: Sawah, ladang subur.
Makanan: Katak, ular, cacing.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari).
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.
9. Ular Serasah (Sibynophis Geminatus)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWrPMbiaKLt2V6pRX-rffichrI3LjFI69OzOUy9aZfg8LHI3tgDMMwgw6YHI9SeEnhoz5s74q6qMURRPr2s-zM7YE6ncmeN0rP2Ljilka3r_5KWT_DG_m45yW_mfcJ1DcZmJJo4y7Dn8YV/s320/9.+Sibynophis+Geminatus.jpg)
Habitat: Ladang subur, rerumputan.
Makanan: Katak kecil dan kadal.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), ular ini kerap menyusup-nyusup di serasah atau rerumputan sehingga jarang teramati, gesit.
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak sakit.
10. Ular Sowo Kopi (Elaphe Flavolineata)
Habitat: Ladang kering, perumahan warga.
Makanan: Katak dan kadal.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak sakit.
11. Ular Sanca Batik/Puspo Kajang (Python Reticulatus)
Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa dapat mencapai 1500 cm, tubuh bagian dorsal kekuning atau coklat dengan corak seperti jala (jajaran genjang) dengan warna hitam pada bagian dalamnya dikelilingi warna kuning, tubuh bagian ventral berwarna kuning, terdapat garis hitam memanjang dari bagian belakang mata, kepala berwarna kuning dengan garis hitam tepat pada tengah, mata bulat dengan pupil mata elip vertikal.
Habitat: Darat, hutan tropis dan dekat sungai (air).
Makanan: Mamalia dan unggas.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari), membunuh mangsa dengan membelit..
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Dapat menyebabkan luka yang serius.
12. Ular Sanca Kembang (Python Molurus)
Habitat: Darat, hutan tropis dan dekat sungai (air).
Makanan: Mamalia dan unggas.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari), membunuh mangsa dengan membelit..
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Dapat menyebabkan luka yang serius.
0 komentar:
Posting Komentar